A LetterFor God...

Category: , By Razaq Manan Ahmad

Terima kasih Tuhan,

Dalam 2 malam ini, kau memberiku pengetahuan yang begitu banyak...
Dalam 2 malam ini, kau menggantikan sesuatu yang hilang dari diriku...
Dalam 2 malam ini, kau membuatku yakin seyakin-yakinnya atas suatu hal...
Dalam 2 malam ini, kau membuatku percaya bahwa tidak ada kejadian yang terjadi secara kebetulan...
Dalam 2 malam ini, kau memberiku kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi dengan orang-orang hebat...
Dalam 2 malam ini, kau telah memberiku jawaban atas beberapa misteri dlam hidup...
Dan dalam 2 malam ini, kau telah membuatku menyadari banyak hal...

Terima kasih Tuhan atas segala yang telah kau berikan padaku...



[Baca selngkapnya...]
 

One of My Blessing in Disguise...

Category: By Razaq Manan Ahmad

Percayakah anda dengan blessing in disguise?

Blessing in disguise dapat diartikan secara sederhana sebagai hikmah.
Ya, hikmah. Pastinya kita sering mendengar kalimat itu bila kita sedang terkena masalah. Seringkali, bila kita sedang menghadapi sebuah masalah, akan ada banyak orang yang akan berusaha menenangkan kita dengan berkata, “Tenang saja, semua pasti ada hikmahnya”, atau “Ambil saja hikmah dari masalah ini”.

So, familiar bukan anda dengan blessing in disguise a.k.a hikmah??? =D

Blessing in disguise ini memang seringkali tidak kita sadari dalam tempo yang singkat. Bahkan bisa bertahun-tahun kemudian kita baru menyadari ke-ada-an blessing in disguise ini. Hal ini saya alami sendiri. Dan salah satu wujud nyata blessing in disguise yang baru saya sadari setelah bertaun-taun ini adalah seorang perempuan, teman lama di waktu SMA dulu. Dia bernama HERDIANITA HAYUNINGTYAS. Biasa saya panggil dengan nama Dian.

Kenapa saya bisa mengatakan bahwa dia adalah salah satu blessing disguise saya?
Begini ceritanya :
Pertama kali mengenalnya adalah ketika saya duduk di kelas 3 SMA. Salah satu masa terbaik yang pernah saya alami. Saya mengenalnya pun tak lain karena kami duduk di kelas yang sama. Awalnya, saya hanya berteman biasa dengannya. Namun, as time goes on, bersama beberapa teman yang lain, kami seringkali pergi bersama. Dan efeknya adalah, saya mulai jatuh hati padanya. Setelah itu mulailah usaha saya, mengirim sms dan sering berkunjung ke rumahnya. Sampai saat ini pun saya masih ingat kunjungan pertama saya ke rumahnya. Saya (yang waktu itu ditemani seorang teman yang lain) datang ke rumahnya jam 9 malam. Benar-benar pemilihan waktu yang buruk, hehehe…
Seringnya saya melakukan komunikasi dengannya, membuat saya semakin tertarik padanya yang kemudian semakin menuntun saya pada kondisi jatuh cinta. Namun, saya baru berani mengatakan hal ini, (kalau tidak salah) pada saat kami sudah berkuliah di semester 2.
Itupun, karena terlalu takutnya diri ini, saya hanya berani mengatakannya via sms yg bgitu panjang… What a coward I am… Hehehe… Hingga saat ini, saya masih ingat apa balasan dari dia setelah sata mengiriminya sms tersebut. Dia menjawab (kurang lebihnya seperti ini) : “Maaf Zaq, aku ga bisa, karena aku dah nganggep kmu sebagai sahabatku selama ini”.
Mendapat jawaban ini, saya merasa dunia ini seakan runtuh. Wajar saja, karena she’s my 1st love dan ditolak pula. Benar-benar kasih tak sampai dan cinta bertepuk sebelah tanganlah…! Hehehe…
Dan ternyata memang, keputusannya untuk menolak saya ternyata benar-benar yang terbaik bagi kami, meskipun awalnya saya tak bisa menerimanya.

Saya baru sadari, bahwa blessing in disguise dari penolakannya tersebut adalah dia tetap menjadi sahabat saya. Dan bodohnya, saya baru menyadarinya tadi pukul 2 pagi!!!
Ya, saya baru menyadarinya tadi pagi. Ketika dia tiba-tiba menelepon saya dan bertanya mengenai suasana hati saya. What a friend, yang merelakan waktu tidurnya terbuang hanya untuk mendengar celotehan dan keluh kesah sahabatnya. Meskipun hanya berbicara melalui telepon, dia benar-benar mampu menopang dan menguatkan sisi diri yang sedang rapuh. Mungkin dia tak tahu, bahwa ketika mendengar suaranya dan ketika saya berkeluh kesah, tanpa sadar air mata keluar dari mata saya. Ini bukan air mata akibat kesedihan hati saya, namun air mata bahagia. Ya, air mata bahagia. Bahagia karena ternyata dia masih ada di samping saya ketika saya benar-benar sedang membutuhkannya. Bagi saya, teleponnya di jam 2 pagi itu benar-benar membuat saya sadar, bahwa
dialah salah satu blessing in disguise dalam hidup saya.

Thanx Dian, Thanx 4 everything…
I’ll always love u Dian…

[Baca selngkapnya...]
 

Aku Berhenti Berharap...

Category: By Razaq Manan Ahmad

Ada yg bilang bahwa karena “harapan”-lah manusia dapat bertahan. Katanya tanpa harapan, tak seorangpun manusia akan mampu bertahan. Dan dulu, aku mempercayai pemikiran itu. Namun beberapa waktu belakangan ini, aku terus berpikir dan merenung mengenai “harapan” ini, hingga akhirnya sekarang aku menolak pemikiran itu. Menolak pemikiran bahwa “harapan” adalah alasan utama manusia dapat bertahan hingga sekarang. Menolak pemikiran bahwa dalam tiap hembusan napas dan detakan jantung, manusia harus terus berharap, berharap untuk ini dan berharap untuk itu.

Sebuah “harapan” akan mampu membuat manusia mampu melangkah maju. Sebuah “harapan” akan mampu membuat manusia menjadi yakin dalam melangkah. Sebuah “harapan” akan mampu membawa manusia ke jalan yang benar. Sebuah harapan akan mampu menjadikan seseorang lebih tangguh dalam menjalani hidup. Dulu aku mempercayai semua ini. Dulu aku selalu berharap..

Namun saat ini, “harapan” tak mampu lagi membuatku melangkah maju. Tak mampu lagi membuatku yakin dalam melangkah. Tak mampu lagi membawaku ke jalan yang benar. Dan tak mampu lagi membuatku menjadi manusia yang tangguh.

Karena ternyata “harapan” hanya membuatku menjadi takut untuk melangkah, membuatku seringkali meragu dalam mengambil keputusan, dan malah melemahkan diriku. Karena itulah, saat ini aku sudah tak mempercayai “harapan” itu dan akhirnya akupun memutuskan untuk berhenti berharap.

Berhenti berharap bukan berarti berhenti berusaha. Berhenti berharap bukan berarti diam dan tak melakukan apa-apa. Berhenti berharap bukan berarti melangkah mundur.Berhenti berharap bukan berarti melemahkan diri. Berhenti berharap bukan berarti kita menerima semua hal dengan begitu saja.

“Berhenti berharap”-ku adalah suatu sikap di mana aku merubah orientasiku dalam setiap hal yang aku lakukan. Merubah dari sikap yang goals oriented menjadi process oriented.

Dengan berhenti berharap, aku dapat melakukan semuanya dengan tanpa beban. Dengan berhenti berharap, akan membuat diriku lebih fleksibel dalam hidup. Dengan berhenti berharap, aku tak lagi menakutkan hal-hal yang belum terjadi. Dengan berhenti berharap, aku menjadi lebih yakin dengan apa yang telah kulakukan. Dan yang terpenting adalah dengan berhenti berharap, aku akan mampu menjalani hidup ini dengan ikhlas.

Keikhlasan akibat berhenti berharap inilah yang aku tuju. Keikhlasan ini pula yang aku yakini sebagai kunci utama manusia untuk hidup di dunia dengan nyaman dan bahagia.

So, stop hoping n be a “process oriented” people…..


[Baca selngkapnya...]